/Kemenpar Inisiasi Pencanangan Gerakan Jurnalisme Ramah Pariwisata

Kemenpar Inisiasi Pencanangan Gerakan Jurnalisme Ramah Pariwisata

FGD

Posisi Indonesia di peta dunia berada di daerah Cincin Api (Ring of Fire), yang merupakan julukan bagi daerah yang memiliki sejarah ujian bencana yang tidak sedikit. Wakil Presiden mengistilahkan Indonesia merupakan ”Supermarket Bencana”. Intensitas bencana alam, non alam, dan bencana sosial makin sering melanda Indonesia.

Diketahui, Indonesia berkali-kali dilanda sejumlah bencana seperti gempa dan tsunami di Aceh, gempa di Sumatera Barat, gempa di Yogyakarta, gempa di Nusa Tenggara Barat, hingga yang terakhir gempa dan tsunami di Sulawesi Tengah.

Terkait hal tesebut, Kementerian Pariwisata menginisiasi pentahelix ABCGM (Academician, Business, Community, Government, Media) khususnya media dengan menggelar “FGD Pencanangan Gerakan Jurnalisme Ramah Pariwisata” di Jakarta.

Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya menjelaskan kelima unsur itu harus kompak, saling support, membangun iklim pariwisata yang kondusif. Benchmarknya adalah pemerintah dan media Thailand yang berintegrasi secara baik untuk menjaga citra negaranya di kancah internasional.

“Pemerintah mereka juga committed banget. Saya kasih contoh media di sana juga menjaga sekali pemberitaan buruk negaranya. Kalau ada kudeta juga mereka cepat sekali kan mengatasinya. Mereka juga sudah paham pentingnya pemberitaan di negaranya itu,” kata Menpar Arief Yahya.

Menpar Arief Yahya juga mengajak media saat ini menjadi guardian pariwisata Indonesia. Pariwisata nantinya akan menjadi core economy bangsa ke depan, saat ini bukan lagi sebuah pilihan, tetapi sebuah kebutuhan. Namun, hal itu bukan tanpa hambatan dan tantangan di depan mata, terlebih di era digitalisasi seperti ini dimana semua informasi bisa didapat dengan mudah.

“Arus informasi di tengah kemajuan teknologi informasi dan komunikasi tak dapat dibendung. Setiap orang dengan mudah mendapatkan dan berbagi informasi yang tingkat kebenarannya belum pasti. Informasi hoax, horor, menakutkan, dan spekulatif beredar setiap saat dan memiliki daya rusak yang kuat terhadap ekosistem pariwisata,” kata Menpar Arief Yahya.

Tidak hanya itu, iklim media saat ini sangat bebas, longgar, terkadang kebablasan dan bebas nilai. Hampir sebagian besar media mengejar impresi, viewers, pembaca, pendengar, pemirsa, dan customers.

Kepala Biro Komunikasi Publik Kementerian Pariwisata, Guntur Sakti turut menambahkan, media sebagai salah satu stakeholder pentahelix pariwisata Indonesia, diajak duduk bersama untuk menghimpun gagasan pedoman atau kode etik dalam menyajikan informasi melalui gerakan jurnalisme ramah Pariwisata

“Juga menginisiasi penyusunan Kurikulum Pelatihan Jurnalisme Pariwisata. Kurikulum ini diharapkan akan menjadi referensi bagi asosiasi pelaku pariwisata dan kalangan pemerintah untuk melakukan pendidikan dan pelatihan jurnalistik yang favourable terhadap kepentingan pariwisata nasional,” ujar Guntur Sakti yang juga Ketua Tourism Crisis Center Kemenpar.

FGD Pencanangan Gerakan Jurnalisme Ramah Pariwisata rencananya akan digelar sebanyak 4 kali yaitu di Jakarta, Bali, Yogyakarta dan Medan. Goalnya, membentuk media center yang dapat membantu proses distribusi informasi dengan baik, termonitor dan kondusif bagi penciptaan keadaan yang ramah pariwisata, khususnya ketika sedang menghadapi bencana alam, ancaman terorisme, atau kerusuhan.

“Tanpa adanya media center, rasanya sulit untuk mengarahkan arus informasi dan diskusi publik yang kondusif bagi pariwisita,” ujar Menpar Arief Yahya.

Ketika Indonesia telah menetapkan sektor pariwisata sebagai sektor prioritas dan core economy negara yang diproyeksi sebagai penyumbang devisa nomor satu di Indonesia, maka ekosistem pariwisata harus diupayakan tumbuh, hidup, dan berkembang dalam iklim yang aman, nyaman, dan kondusif agar memberi effort besar terhadap citra negara dan pencapaian target kinerja pariwisata.