/Destinasi Pariwisata Indonesia Harus Diperkuat Dengan Atraksi Luar Biasa 

Destinasi Pariwisata Indonesia Harus Diperkuat Dengan Atraksi Luar Biasa 

Wisatabloid.com – Sektor pariwisata Indonesia saat ini harus memperkuat destinasi dalam negeri. Untuk menjadi cara untuk menarik wisatawan manganeara (Wisman) dan Wisatawan Nusantara (Wisnus) ditegaskan Direktur Utama InJourney Donny Oskaria.

“Wisman ini diharapkan neraca pariwisata positif. hampir 90 persen kita pemain outbond neraca outflow devisa. artinya wisman penting buat neraca jadi positif ini yang dilakukan pemerintah. tentu tidak umum lagi buat dengan cara kebijakan fiskal misalnya membuat orang bayar visa untuk ke luar negeri. tapi yang dilakukan memperkuat destinasi di dalam negeri,” kata Dony saat mengisi acara Indonesia Tourism Outlook 2023 dengan tema Prospek Pariwisata dan Investasi Industri Hospitality di Tahun Politik yang diadakan oleh Forwaparekraf dan HAM, Artotel Suites Mangkuluhur Jakarta Pusat, Rabu (18/01/2023).

“Yang dilakukan InJourney membangun dan mengembangkan destinasi, di lima destinasi. JOGLOSEMAR nomor satu. Kami mengembangkan Semarang menjadi integrated old town yang memang menjadi luar biasa. 82 persen gedung lama yang ada di sana milik BUMN kita renovasi jadikan sebuah atraksi yang luar biasa shopping mall, hotelnya, ada kafenya restoran, sehingga ini jadi daya tarik utama,” paparnya.

Sementara dari, Presiden FATA/Astindo Pauline Suharno menilai Indonesia justru kurang fokus untuk mempromosikan diri di ASEAN. Menurutnya, pariwisata di Indonesia terbelakang dengan negara lain padahal Sumber Daya Manusia (SDM) pariwisata luar biasa.

“Kita kalah dengan Vietnam, sudah gunakan standar ASEAN. Indonesia baru  pakai standar ASEAN dibuat tim Indonesia,” kata Pauline di acara yang sama.

“Tiket penerbangan mahal. Lihat value uang, waktu yang dibuang, beberapa isu yang jadi concer wisman safety and security. Insentif negara lain berupaya banyak corporate insetif. Bandara memberikan insentif supaya maskapai mau terbang. di indonesia yang terjadi fliight approval sedikit slow,” tambah Pauline.

Di sisi lain, pergerakan dunia perhotelan di Indonesia terus meningkat meski itu resesi ekonomi terus bergulir. Menurut CEO Artotel, Erastus Radjimin, untuk menumbuhkan destinasi wisata dibutuhkan pula pengembangan hotel yang memadai. Hal tersebut cepat ditangkap oleh Artotel grup saat membangun daerah Sanur dan kini menjadi destinasi wisata yang menarik serta kekinian.

“8 tahun lalu Sanur kebanyakan average demografi penduduk tinggal 50 tahun ke atas. Pertama kali kita bangun kita lumayan nekat. Kita dikasih komen banyak orang ‘lo bangun harusnya hotel orang tua jangan buat anak muda’ cuman kita tidak di situ. Kita bangun Artotel Sanur dengan konsep modern, Temporary, inspired local hotel. Saat itu kita kaget tiba-tiba demografi age mayoritas 30-40,” paparnya.

Masih menurutnya, transisi terjadi di Sanur secara perlahan. Kini, Sanur menjadi destinasi seperti Uluwatu.

“Itu kita lihat transisi Sanur pelan-pelan terjadi. Kebetulan kita lihat 8 tahun lalu kita lihatin Sanur berubah dari kasarannya untuk orang yang pensiun jadi happening banget. Jadi the next cangu as Uluwatu mulai banyak beach club, banyak mal retail kita berharap dari sisi perhotelan di Sanur, KEK Sanur akan melakukan gebrakan luar biasa as a mayo Clinic Hospital Greet tidak main-main. Di situ datangkan pasien dokter conferencess, perusahaan farmasi berpusat di Sanur. Sudah waktunya Sanur bangkit lagi,” paparnya.

Pemerintah tahun ini menargetkan investasi mencapai Rp1.400 triliun. Upaya menarik investor di sektor pariwisata pun terus dilakukan, terutama investasi di 5 destinasi super prioritas dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) pariwisata.

Pada kesempatan yang sama, Managing Partner Indies Capital Pandu Sjahrir mengatakan, ada dua hal yang menjadi pertimbangan investor untuk berinvestasi yaitu kestabilan politik dan pertumbuhan ekonomi secara riil termasuk inflasi.

Meski ada potensi pelambatan seiring dimulainya kampanye politik pada Agustus atau September mendatang, Pandu mengaku cukup optimistis karena sejauh ini sektor bisnis di Indonesia masih terus berinvestasi.

Terkait industri hospitality seperti perhotelan, dia juga melihat investasi makin banyak dan ini menunjukkan Indonesia sebagai negara yang stabil.

“Orang melihat Indonesia bisa jadi tuan rumah G20 dan aman. Tahun ini juga kita hosting ASEAN Summit. Insha allah kita bisa menjalankan tugas itu dengan baik, dan saya rasa itu akan menggerakkan juga roda ekonomi, dan paling penting adalah roda ekonomi pariwisata yang harus dikembangkan lebih banyak,” tandasnya.